Karena kegembiraan akan pergantian ada dan tiada, hidup telah melukis citra dunia yang sekaligus jauh dan dekat. Karena usaha yang tanpa henti ini, terciptalah lorong mengagumkan bernama waktu. Kemanapun kau layangkan pandanganmu dan kau arahkan pendengaranmu, ‘kan kau dengar suara: “Aku sama sekali lain darimu”. Bintang dan rembulan berusaha muncul dengan penuh harmoni, ratusan lentera telah dinyalakan di sawang langit.
Di bawah naungan kubah biru ini, matahari telah menegakkan tenda sulam keemasan bertatah benang perak; pagi pertama dari dunia telah lahir di ufuk dan memeluk alam semesta yang baru lahir. Kerajaan manusia baru bagai sejemput kecil debu, bagai gurun lengang tanpa kafilah tiada sedikitpun desir air yang berjuang melawan bebatuan gunung, tiada mega yang siap mengguyurnya, tiada kicau burung di ranting, atau gemerisik semak diinjak menjangan yang berlari di padang lapang. Bumi dan samuderanya belum lagi gemerlap oleh cahaya ruh, gulungan asap masih menyelimuti tubuhnya. Rerumputan, masih terlelap di perut bumi, belum lagi merasakan sepoi angin musim semi.
Melihat panorama ini, langit berkata kepada bumi: “Alangkah malang nasibmu! Dalam seluruh keluasanku, siapa lagi yang lebih buta dari padamu? Selain cahayaku, dari mana lagi ‘kan kau peroleh lampu? Tanah tetaplah tanah, tidak akan pernah bercahaya atau kekal sebagai langit. Kalau tidak bisa hidup penuh kemegahan dan kemolekan, mampuslah dalam kehinaan.

Nyanyian para malaikat
Sejemput debu suatu masa kelak akan lebih cemerlang dari wujud cahaya,
Tanah, oleh bintang yang memandui nasibnya, kelak akan menjadi langit,
Khayalnya, yang kini masih menyusu kepada aliran berbagai peristiwa,
Kelak akan melampaui titik pusaran lazuardi.
Renungkanlah sejenak hakikat manusia ini, apa yang kau pinta dari kami?
Ia masih bergelimang lumpur, tetapi suatu masa kelak akan sempurna,
Demikian sempurnanya ia nanti, makhluk yang tampak tanpa keistimewaan ini,
Sehingga suatu masa nanti, Tuhan sendiripun cemburu kepadanya!
Tanah, oleh bintang yang memandui nasibnya, kelak akan menjadi langit,
Khayalnya, yang kini masih menyusu kepada aliran berbagai peristiwa,
Kelak akan melampaui titik pusaran lazuardi.
Renungkanlah sejenak hakikat manusia ini, apa yang kau pinta dari kami?
Ia masih bergelimang lumpur, tetapi suatu masa kelak akan sempurna,
Demikian sempurnanya ia nanti, makhluk yang tampak tanpa keistimewaan ini,
Sehingga suatu masa nanti, Tuhan sendiripun cemburu kepadanya!
Said
It is pretty worth enough for me. In my opinion, if all website owners and bloggers will make good content as you did then internet will be a lot more useful than ever before.
Said
Hi, Really great effort. Everyone must read this article. Thanks for sharing.